Ayo Gabung ini Bener-bener Gratissssssss......

Selasa, 22 Juni 2010

PERCAYA DIRI

KH. SYAKUR YASIN
Kata percaya diri yang disingkat dengan Pe De, telah menjadi istilah yang sangat populer, terutama di kalangan kawula muda dewasa ini. Lalu mendapat tambahan variasi, menjadi tidak pede, kurang pede terlalu pede dan seterusnya.

Mungkin kata ini terjemahan dari bahasa asing "self confidence". Namun demikian, yang menjadi masalah bukan penyusupan bahasa asing. Tetapi akibat dari itu, sehingga lalu da-pat merubah perilaku seseorang.

Dulu, sebelum orang mengenal pede, ketika diminta untuk mengerjakan sesuatu, pertama-tama dengan rendah hati mengatakan belum berpengalaman. Sekalipun menyanggupi tetapi dengan catatan di penghujungnya: " Kita coba saja, hasilnya nanti kurang tahu, tetapi mudah-mudahan saja". Walhasil dengan basa basi yang menunjukkan kerendahan hati.
Tetapi setelah orang itu mengenal pede, jawabnya cepat dan spontan: "Ya sanggup, nanti saya kerjakan, pokoknya tuan pasti puas, karena saya punya pengalaman dalam peker-jaan ini".

Orang yang terlalu Pede, tidak pernah terpikir perlu basa basi, kelihatan seperti orang sombong. Mungkin itu kesan pertama dari per-bedaan tersebut.

Memang demikian nyatanya, di dunia Barat yang modern, self confidence itu harus terus di-tumbuhkan pada diri seseorang, sampai betul-betul seseorang itu percaya diri. Karena diya-kini bahwa orang itu harus punya percaya diri.

Ada perbedaan yang sangat nyata, perlu di garis bawahi, bahwa orang yang terlalu percaya diri, mengandalkan amalnya, ketika mengha-dapi kegagalan, akan mengalami kekecewaan yang sangat mendalam, bahkan sangat mung-kin sampai pada tingkat frustasi.

Terlalu percaya pada kemampuan diri, sa-ngat meyakini karier dan prestasi kerja yang pernah diraih, sah-sah saja menjadi kebang-gaan seseorang. Namun perlu diwaspadai, jangan sampai mematikan harapan ketika ber-benturan dengan kekerasan realita.

Kerja atau "amal" menurut pendapat tasa-wuf, dapat dikategorikan menjadi tiga. Perta-ma amal Syariat, kedua amal Tarekat dan ke-tiga amal Hakekat.

Atau dengan istilah lain, amal Islam, amal Iman dan amal Ihsan. Atau dengan kata lain, amal Ibadah, amal Ubudiyah dan amal Abu-diyah. Atau lebih keren lagi dapat diisti-lahkan, beginner, intermediate dan advance. Atau lebih jelas lagi dengan istilah yang sa-ngat populer di kalangan ahli tasawuf, yaitu Ahli Bidayah, Ahlu Wasat dan Ahlu Nihayah.

Yang dimaksudkan dengan syariat, ialah melakukan segala bentuk kegiatan (amal) se-cara fisik dalam rangka penghambaan diri ke-pada Allah, sedangkan tarekat, adalah men-cari pola, membuat peta, menapak jalan dan membangun jalur atau rute untuk melakukan perjalanan menuju Allah. Adapun hakekat adalah upaya untuk menyaksikan Allah (sya-hadah).

Ketiga kategori tersebut di atas mem-punyai fungsi yang berlainan. Yang pertama, syariat dilakukan adalah untuk mengolah raga (Dzowahir), sedangkan tarekat diamalkan un-tuk mengolah jiwa (Dlomair) dan hakekat adalah untuk mengolah rohani (Saroir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggal Klik aja Boss